Waroeng-Edukasi adalah sebuah blog bagi para insan pendidikan yang ingin berbagi ilmu dan informasi. Mengapa harus berbagi ilmu dan informasi? Pada dasarnya manusia hidup tidak seorang diri...manusia menjadi pintar juga bukan karena dirinya sendiri...pasti membutuhkan orang lain maupun sarana yang bisa dipakai atau digunakan.
Dengan dasar itulah, Waroeng-Edukasi hadir bagi kita semua...paling tidak bisa dijadikan tempat berbagi, khususnya di bidang Pendidikan dan IT. Anda bisa berperan untuk mengisi konten maupun informasi-informasi tentang Pendidikan dan IT (via e-mail: aguz3arzo@gmail.com), sekaligus bisa memanfaatkan atau mengambil dari yang sudah disediakan oleh Waroeng-Edukasi.
Selamat berbagi!!! GBU!

Ujian Nasional (UN) vs Hujatan Nasional...

Putusan kasasi Mahkamah Agung (MA) bernomor 2596/K.PDT/2008 dengan termohon warga negara, pemerhati pendidikan, wakil orangtua korban Ujian Nasional (UN) tahun 2005-2006 sebanyak 58 orang memberi warna baru bagi dunia pendidikan di Indonesia. Putusan MA tersebut ditetapkan Senin, 14 september 2009 dan langsung menimbulkan pro dan kontra. Beberapa hari ini berita tersebut banyak menghiasi mass media, baik cetak maupun elektronik. Pada akhirnya membuat saya untuk ikut ambil bagian berkomentar dan sekedar memberi evaluasi dan analisa meskipun sangat sederhana. Semoga bermanfaat!

Kata "ujian" memang menjadi polemik sejak jaman dulu. Ketika saya Sekolah Dasar sampai di Perguruan Tinggi, jika mendengar yang namanya ujian pasti ada perasaan yang mendebarkan. Selalu dibayangi dengan pertanyaan apakah saya bisa lulus atau tidak. Akan tetapi saat ini, mungkin perasaan kuatir itu dirasakan lebih hebat oleh anak-anak kita. Bayangkan saja, ketika mereka yang ada di SMP atau SMA menempuh pendidikan selama 3 tahun dinyatakan lulus atau tidak hanya oleh beberapa mata pelajaran yang di UN kan, dengan syarat yaitu: memiliki nilai rata-rata minimal 5,50 untuk seluruh mata pelajaran yang diujikan, dengan nilai minimal 4,00 untuk paling banyak dua mata pelajaran dan minimal 4,25 untuk mata pelajaran lainnya. Pertanyaannya adalah, apakah persyaratan kelulusan UN yang ditetapkan pemerintah cukup berat?Bagi sekolah-sekolah perkotaan dengan standar mutu yang cukup memadai (sarana dan prasarana, kualitas guru dan sumber dana) mungkin memandang syarat kelulusan UN sebagai syarat yang bisa dicapai. Akan tetapi bagi sekolah-sekolah di daerah yang belum tersentuh pemerintah dalam hal sarana dan prasarana tentu akan berat mengejar syarat kelulusan UN. Sebagai salah satu contoh beberapa waktu yang lalu saya bertemu guru-guru SMP Kabupaten/Kota se-Jateng, dimana saya memiliki kesempatan untuk 'berbagi' dengan mereka. Kesimpulannya adalah: bahwa banyak guru-guru di daerah yang merasa tertekan karena harus mempunyai strategi yang jitu agar anak-anak didiknya lulus UN dengan prosentase yang tinggi. Adapun langkah-langkah yang dilaksanakan adalah dengan pemberian drill latihan soal-soal secara rutin bagi siswa, yang notabene banyak sekali 'mengorbankan' pelajaran atau kompetensi lainnya yang tidak di UN kan! Lalu pertanyaannya adalah, bagaimana kualitas lulusan siswa-siswi kita saat ini? Meskipun mereka lulus UN, tetapi mereka adalah generasi-generasi bangsa yang rapuh, karena banyak kompetensi yang tidak diberikan secara utuh selama menempuh pendidikan pada jenjangnya! Mereka adalah generasi yang 'terlalu banyak mendapat tekanan' baik dari sekolah, guru bahkan dari orang tua mereka.

Apakah UN masih dibutuhkan? Bagi saya UN masih sangat dibutuhkan sebagai salah satu indikator keberhasilan siswa dalam menempuh pendidikan pada jenjangnya. (nb: tentunya indikator kelulusan tidak hanya melalui UN saja) Tetapi yang lebih penting adalah saat ini Pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) harus lebih fokus dalam menjalankan seluruh program-programnya, apalagi dengan anggaran 20% dari APBN pasti akan lebih efektif untuk mewujudkan atau merealisasikannya. Contoh program Depdiknas antara lain, (1) Pemerataan dan perluasan akses pendidikan, (2) peningkatan mutu, relevansi, dan daya saing keluaran pendidikan dan (3) penguatan tata kelola, akuntabilitas, dan citra publik pendidikan. Jika anggaran yang cukup besar benar-benar direalisasikan sampai dengan terwujudnya pemerataan pendidikan baik di pusat maupun di daerah dimana ada kesamaan kualitas/mutu pendidikan, pemerataan sarana dan prasarana, maka sebenarnya dunia pendidikan kita tidak akan mempermasalahkan UN dengan berbagai aturan dan syarat-syaratnya. Saat ini, ketika UN masih menjadi polemik, bagaimana nasib pendidikan kita ke depan?

Selengkapnya...

m-Learning, Belajar Kapanpun dan Dimanapun...

Luar biasa jika judul artikel kali ini benar-benar dapat terwujud..."belajar kapan pun dan dimanapun...!!!" Ya, itulah isu yang saat ini semakin marak berhubungan dengan perkembangan media pembelajaran berbasis TIK. Dengan bertambah majunya teknologi tentunya semakin terbuka bagi dunia pendidikan untuk memanfaatkan peluang yang ada untuk meningkatkan kualitasnya. Salah satu yang dikembangkan adalah pembelajaran online (atau yang sering disebut e-Learning) yang pada akhirnya berkembang lagi menjadi berbagai model seperti, Multimedia Pembelajaran Interaktif online (MPI Online), Pusat Sumber Belajar online (PSB Online), Pembelajaran berbasis Web (menggunakan moodle) dan lain-lain.
Salah satu model pengembangan sistem e-Learning yang saat ini layak dikembangkan adalah Mobile Learning (m-Learning) yang mengarah ke penggunaan device /berbasis handphone. Hal ini didasarkan pada fakta yang ada bahwa sebagian besar siswa-siswi di Indonesia memiliki handphone. Namun sayangnya masih banyak pengguna handphone yang belum memanfaatkannya sebagai media pembelajaran.

Tingkat penetrasi perangkat bergerak yang sangat tinggi, tingkat penggunaan yang relatif mudah, dan harga perangkat yang semakin terjangkau, dibanding perangkat komputer personal, merupakan faktor pendorong yang semakin memperluas kesempatan penggunaan atau penerapan mobile learning sebagai sebuah kecenderungan baru dalam belajar, yang membentuk paradigma pembelajaran yang dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun.
Mobile Learning didefinisikan oleh Clark Quinn (Quinn 2000) sebagai : “The intersection of mobile computing and e-learning : accessible resources wherever you are, strong search capabilities, rich interaction, powerful support for effective learning, and performance-based assessment. E-Learning independent of location in time or space”. Berdasarkan definisi tersebut maka mobile learning merupakan model pembelajaran yang memanfaatkan Teknologi Informasi dan Komunikasi. Pada konsep pembelajaran tersebut mobile learning membawa manfaat ketersediaan materi ajar yang dapat di akses setiap saat dan visualisasi materi yang menarik. Istilah M-Learning atau Mobile Learning merujuk pada penggunaan perangkat genggam seperti PDA, ponsel, laptop dan perangkat teknologi informasi yang akan banyak digunakan dalam belajar mengajar, dalam hal ini kita fokuskan pada perangkat handphone (telepon genggam). Tujuan dari pengembangan mobile learning sendiri adalah proses belajar sepanjang waktu (long life learning), siswa/mahasiswa dapat lebih aktif dalam proses pembelajaran, menghemat waktu karena apabila diterapkan dalam proses belajar maka mahasiswa tidak perlu harus hadir di kelas hanya untuk mengumpulkan tugas, cukup tugas tersebut dikirim melalui aplikasi pada mobile phone yang secara tidak langsung akan meningkatkan kualitas proses belajar itu sendiri.

Era konvergensi sekarang mengarah kepada mobile based. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya perangkat mobile yang bisa digunakan untuk mengakses banyak hal yang biasanya menggunakan komputer, contoh: searching lewat google, e-mail dengan yahoo, chatting dengan YM, social network dengan facebook, dll.































Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) banyak menciptakan terobosan baru dalam pembelajaran. Salah satu contoh adalah pembelajaran berbasis mobile (device by handphone), yaitu: Mobile Learning atau m-Learning!!!
Menurut Clark Quinn, m-Learning memiliki karakteristik sebagai berikut:
* Merupakan bagian dari e-Learning, memanfaatkan TIK elektronik dan digital
* Dapat diakses dimanapun dan kapanpun
* Menyediakan fasilitas knowledge sharing dan visualisasi pengetahuan yang atraktif dan interaktif
* Tidak semua materi pengajaran cocok memanfaatkan m-Learning; dan memiliki ukuran file yang terbatas

Alasan mengapa menggunakan m-Learning adalah dikarenakan penggunaannya yang mudah, murah, layanan akses yang semakin cepat karena perkembangan fitur yang semakin canggih.
Untuk mendapatkan materi ini dalam bentuk presentasi, bisa Anda download di bawah ini:
File: m-edukasi.rar

(Artikel ini dipresentasikan pada Festival e-Pendidikan yang diselenggarakan oleh Pustekkom Depdiknas, 28 Juli 2009)

Selengkapnya...

JABATAN FUNGSIONAL PENGEMBANG TEKNOLOGI PEMBELAJARAN

by : Dr. Purwanto

Jakarta, 23 Maret 2009. Khabar gembira bagi teman-teman yang bekerja dan kerkecimpung dalam bidang Teknologi Pembelajaran/Teknologi Pendidikan (TP), dengan telah terbitnya Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) Nomor: PER/2/M.PAN/3/2009 tentang Jabatan Fungsional Pengembang Teknologi Pembelajaran dan Angka Kreditnya, tertanggal 10 Maret 2009. Terbitnya Permen tersebut menandai babak baru bagi lahirnya profesi Pengembang Teknologi Pembelajaran yang telah lama diperjuangkan oleh teman-teman penggiat Teknologi Pendidikan (TP) khususnya yang ada di Pusat Teknologi Informasi dan Komunikasi Pendidikan (PUSTEKKOM). Bagi lulusan TP lahirnya profesi atau jabatan fungsional Pengembang TP ini merupakan harapan baru untuk lebih meningkatkan pengabdiannya sebagai pegawai negeri. Sebagaimana kita ketahui ditetapkannya Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil adalah dalam rangka pengembangan profesionalisme dan pembinaan karier PNS serta peningkatan mutu pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan seperti diamanatkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional PNS. Tentu saja dengan jabatan fungsional ini teman-teman PNS akan memperoleh tunjangan jabatan, dan karena jabatan Pengembang TP ini masuk kategori atau jenjang ahli, mudah-mudahan besarnya tunjangan akan memadai. Besarnya tunjangan ini masih diperjuangkan melalui terbitnya Peraturan Presiden (Perpres)

Jabatan Pengembang TP ini juga menambah jenis jabatan fungsional dalam rumpun pendidikan lainnya, dan memberi peluang lebih besar bagi lulusan jurusan TP. Jabatan ini adalah jabatan karier yang hanya dapat diduduki oleh seseorang yang berstatus PNS. Tugas pokok Pengembang TP adalah melaksanakan analisis dan pengkajian sistem/model teknologi pembelajaran, perancangan sistem/model teknologi pembelajaran, produksi media pembelajaran, penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran, pengendalian sistem/model pembelajaran, dan evaluasi penerapan sistem/model dan pemanfaatan media pembelajaran. Dengan demikian setiap PNS yang bertugas di Pustekkom, Balai Pengembang Media, Balai Tekkom, dan menjalankan tugas seperti itu maka PNS yang bersangkutan dapat menduduki jabatan Pengembang TP. Jabatan Pengembang TP juga terbuka bagi PNS yang bekerja di Institusi diklat, pusat sumber belajar (PSB), yang ada di sekolah, universitas atau lembaga sejenis baik di lingkungan Depdiknas atau instansi lain. Selamat atas lahirnya jabatan fungsional pengembang TP, semoga diikuti sukses berikutnya.

Selengkapnya...

Lesson Study

Masih ingatkah dengan pola Belajar Kelompok?
Sewaktu saya di Sekolah Dasar, seringkali guru memotivasi saya dan teman-teman untuk belajar kelompok (belajar bersama antara 3-5 orang). Pada saat itu saya rasakan benar manfaatnya, apalagi jika dalam kelompok tersebut ada teman saya yang pandai. Maklumlah, sewaktu kecil memang saya 'kurang' pandai. Dari aktivitas belajar kelompok tersebut, saya mulai merasakan semangat belajar yang tinggi dari teman-teman yang lain. Mulai dari situlah saya merasakan aroma belajar yang sesungguhnya...(akhirnya bisa lulus dengan presatsi ranking 3 di SD).
Nah, gambaran seperti itulah kira-kira Lesson Study!

Apa Lesson Study?
Lesson Study adalah suatu proses kolaboratif dimana sekelompok guru mengidentifikasi suatu masalah pembelajaran, merancang suatu skenario pembelajaran (yang meliputi kegiatan mencari buku dan artikel mengenai topik yang akan dibelajarkan), membelajarkan siswa sesuai skenario (salah seorang guru melaksanakan pembelajaran sementara yang lain mengamati), mengevaluasi dan merevisi skenario pembelajaran, membelajarkan lagi skenario pembelajaran yang telah direvisi, mengevaluasi lagi pembelajaran dan membagikan hasilnya dengan guru-guru lain.
Lesson study merupakan salah satu bentuk pembinaan guru (in-service) yang dapat dilakukan untuk meningkatkan profesionalisme guru. Lesson study dilakukan diwilayah guru mengajar dengan menggunakan kelas dalam lingkungan nyata, sehingga akan membiasakan guru bekerja secara kolaboratif baik dengan guru bidang studi dan dengan guru diluar bidang studi, bahkan dengan masyarakat. Lesson Study merupakan kolaboratif antara guru dalam menyusun rencana pembelajaran beserta research lessonnya, pelaksanaan KBM dikelas yang disertai observasi dan refleksi. Dengan lesson study para guru dapat leluasa meningkatkan kinerja dan keprofesionalannya yang akhirnya dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan meghasilkan siswa yang berkualitas tinggi.
Lesson Study yang dalam bahasa Jepang disebut Jugyokenkyu adalah bentuk kegiatan yang dilakukan oleh seorang guru/ sekelompok guru yang bekerja sama dengan orang lain (dosen, guru mata pelajaran yang sama/ guru satu tingkat kelas yang sama, atau guru lainya), merancang kegiatan untuk meningkatkan mutu belajar siswa dari pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru dari perencanaan pembelajaran yang dirancang bersama/sendiri, kemudian di observasi oleh teman guru yang lain dan setelah itu mereka melakukan refleksi bersama atas hasil pengamatan yang baru saja dilakukan. Refleksi bersama merupakan diskusi oleh para pengamat dan guru pengajar untuk menyempurnakan proses pembelajaran dimana titik berat pembahasan pada bagaimana siswa belajar, kapan siswa belajar, kapan siswa mulai bosan mendapatkan pengetahuan dan kapan siswa mampu menjelaskan kepada temannya dan kapan siswa mampu mengajarkan kepada seluruh kelas. (Ridwan Johawarman, 2006).
Didalam peraturan pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Bab IV pasal 19 ayat 1 dinyatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreatifitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologi siswa. Hal ini mengisyaratkan bahwa dalam pembelajaran seorang guru dituntut untuk dapat memiliki sebuah pendekatan, metode, dan teknik-teknik tertentu yang dapat menciptakan kondisi kelas pada pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya akan diperoleh kondisi kelas yang termotivasi , aktivitas yang tinggi serta hasil belajar yang memuaskan. Lesson Study dapat dijadikan jembatan untuk meniti kearah cita-cita proses pembelajaran yang ideal sebagaimana tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan diatas.

Mengapa Lesson Study?
Lewis (dalam Mucthar Abdul Karim, 2006) menyatakan bahwa Lesson Study dipilih dan diimplementasikan karena beberapa alasan. Pertama, Lesson Study merupakan suatu cara efektif yang dapat meningkatkan kualitas belajar dan mengajar serta pelajaran dikelas. Hal itu benar, karena :
Pertama,
1. Pengembangan Lesson Study dilakukan dan didasarkan pada hasil ”sharing” pengetahuan profesional yang berlandaskan pada praktek dan hasil pengajaran yang dilaksanakan para guru.
2. Penekanan mendasar pada suatu Lesson Study adalah para siswa memiliki kualitas belajar.
3. Tujuan pelajaran dijadikan fokus dan titik perhatian utama dalam pebelajaran dikelas.
4. Berdasarkan pengalaman riel di kelas, Lesson Study mampu menjadi landasan bagi pengembangan pembelajaran.
5. Lesson Study akan menempatkan peran para guru sebagai peneliti pembelajaran.
Kedua,
Lesson Study yang di desain dengan baik akan menghasilkan guru yang profesional dan inovatif. Dengan melaksanakan Lesson Study para guru dapat:
1. Menentukan tujuan pembelajaran (lesson) satuan (unit) pelajaran, dan mata pelajaran yang efektif.
2. Mengkaji dan meningkatkan pelajaran yang bermanfaat bagi siswa.
3. Memperdalam pengetahuan tentang mata pelajaran yang disajikan para guru.
4. Menentukan tujuanjangka panjang yang akan dicapai para siswa.
5. Menentukan pelajaaran secara kolaboratif.
6. Mengkaji secara teliti belajar dan perilaku siswa.
7. Mengembangkan pengetahuan pembelajaran yang dapat diandalkan.
8. Melakukan refleksi terhadap pengajaran yang dilaksanakannya berdasarkan pandangan siswa dan koleganya.

Jadi, Lesson Study di pilih sebagai salah satu cara untuk meningkatkan proses pembelajaran, dimana seorang guru mengajak kerjasama guru yang lain. Kerjasama tersebut dimulai dari merancang pembelajaran, melaksanakan dan mengamati proses pembelajaran, serta melakukan diskusi/ refleksi terhadap pelajaran yang dilakukan. Istilah populer dalam Lesson study adalah plan-do-see- reflektion. Ketiga hal tersebut yang merupakan inti dari Lesson Study.

Tentang bagaimana dan hal-hal yang berhubungan dengan Lesson Study, bisa Anda download file disini.

Selengkapnya...

7 Langkah Mudah Membuat Multimedia Pembelajaran


by Romi Satria Wahono

Berikut ini tips untuk mengembangkan multimedia pembelajaran. Ada 7 langkah yang perlu diperhatikan, seperti yang tertulis dibawah ini…

1. TENTUKAN JENIS MULTIMEDIA PEMBELAJARAN
Perhatikan dengan benar, yang akan kita buat itu apakah alat bantu kita untuk mengajar (presentasi) ke siswa atau kita arahkan untuk bisa dibawa pulang siswa alias untuk belajar mandiri di rumah atau sekolah. Jenis multimedia pembelajaran menurut kegunannya ada dua:

a. Multimedia Presentasi Pembelajaran: Alat bantu guru dalam proses pembelajaran di kelas dan tidak menggantikan guru secara keseluruhan. Berupa pointer-pointer materi yang disajikan (explicit knowledge) dan bisa saja ditambahi dengan multimedia linear berupa film dan video untuk memperkuat pemahaman siswa. Dapat dikembangkan dengan software presentasi seperti: OpenOffice Impress, Microsoft PowerPoint, dsb.

b. Multimedia Pembelajaran Mandiri: Software pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri alias tanpa bantuan guru. Multimedia pembelajaran mandiri harus dapat memadukan explicit knowledge (pengetahuan tertulis yang ada di buku, artikel, dsb) dan tacit knowledge (know how, rule of thumb, pengalaman guru). Tentu karena menggantikan guru, harus ada fitur assesment untuk latihan, ujian dan simulasi termasuk tahapan pemecahan masalahnya. Untuk level yang kompleks dapat menggunakan software semacam Macromedia Authorware atau Adobe Flash. Sayangnya saya masih belum bisa nemukan yang selevel dengan itu untuk opensource-nya. Kita juga bisa menggunakan software yang mudah seperti OpenOffice Impress atau Microsoft PowerPoint, asal kita mau jeli dan cerdas memanfaatkan berbagai efek animasi dan fitur yang ada di kedua software terebut.

2. TENTUKAN TEMA MATERI AJAR
Ambil tema bahan ajar yang menurut kita sangat membantu meningkatkan pemahaman ke siswa dan menarik bila kita gunakan multimedia. Ingat bahwa tujuan utama kita membuat multimedia pembelajaran adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa. Jangan terjebak untuk memindahkan buku ke media digital, karena ini malah mempersulit siswa. Ketika guru biologi ingin menggambarkan sebuah jenis tumbuhan supaya bisa dipahami siswa, dan itu sulit karena guru tidak bisa nggambar di komputer, dsb, maka ya jangan dilakukan. Alangkah lebih baik apabila jenis tumbuhan tersebut dibawa saja langsung ke depan kelas. Ini salah satu contoh bagaimana media pembelajaran itu sebenarnya tidak harus dengan teknologi informasi. Dalam sertifikasi guru, pemanfaatan media pembelajaran seperti pohon itu, atau kecoak dikeringkan, dsb tetap mendapatkan poin penilaian yang signifikan.

3. SUSUN ALUR C
ERITA (STORYBOARD)
Susun alur cerita atau storyboard yang memberi gambaran seperti apa materi ajar akan disampaikan. Jangan beranggapan bahwa storyboard itu hal yang susah, bahkan point-point saja asalkan bisa memberi desain besar bagaimana materi diajarkan sudah lebih dari cukup. Cara membuatnya juga cukup dengan software pengolah kata maupun spreadsheet yang kita kuasai, tidak perlu muluk-muluk menggunakan aplikasi pembuat storyboard profesional. Untuk storyboard sederhana, saya berikan contoh karya pak ismudji dari SMA Bontang, Kaltim (ismudji-storyboard.pdf). Sedangkan yang agak kompleks, bisa dilihat dari yang dibuat teman-teman di Brainmatics dan IlmuKomputer.Com untuk konten Rekayasa Perangkat Lunak (rpl-storyboard.pdf).

4. MULAI BUAT SEKARANG JUGA!
Jangan menunda atau mengulur waktu lagi, buat sekarang juga! Siapkan Openoffice Impress atau Microsoft PowerPoint anda. Mulai buat slide pertama, isikan bahan ajar yang ingin anda multimedia-kan. Terus masukkan bahan ajar anda di slide-slide berikutnya, mulai mainkan image, link dengan gambar, suara dan video yang bisa kita peroleh dengan gampang di Internet. Bisa juga memanfaatkan situs howstuffworks.com untuk mencari ide. Jangan lupa juga bahwa banyak pemenang-pemenang lomba pengembangan multimedia pembelajaran yang hanya bermodal Openoffice Impress atau PowerPoint sudah cukup membuat karya yang berkualitas tinggi. Gambar disamping saya ambil dari karya pak Teopilus Malatuni, guru SMAN 1 Kaimana Papua Barat yang dibuat dengan tool sederhana, bisa mendapatkan skor signifikan di lomba dikmenum tahun 2007. Kuncinya adalah tekun, sabar dan pantang menyerah. Tidak ada ilmu pengetahuan yang bisa didapat secara instan, semua melewati proses panjang.

5. GUNAKAN TEKNIK ATM
Terapkan metode ATM (Amati, Tiru dan Modifikasi). Usahakan sering melihat c
ontoh-contoh yang sudah ada untuk membangkitkan ide. Gunakan logo, icon dan image yang tersedia secara default. Apabila masih kurang puas:
• Cari dari berbagai sumber
• Buat sendiri apabila
mampu
Saya berikan contoh bagaimana perdjoeangan mas Heru Suseno, guru fisika dari SMA Negeri 2 Madiun. Mas Heru ini dengan seriusnya menerapkan ATM dengan mencoba meniru tampilan Microsoft Encarta di tahun 2006. Tahun 2007 beliau sudah berhasil memperbaiki dan memodifikasi karya untuk selevel Encarta, tapi sudah tidak nyontek Encarta lagi.

6. TETAPKAN TARGET
Jaga keseriusan proses belajar dengan membuat target pribadi, misalnya untuk mengikuti lomba, memenangkan award, menyiapkan produk untuk dijual, atau deadline jadwal mengajar di kelas. Target perlu supaya proses belajar membuat multimedia pembelajaran terjaga dan bisa berjalan secara k
ontinyu alias tidak putus di tengah jalan. Untuk lomba dan award, paling tidak di Indonesia ada berbagai event nasional yang bisa kita jadikan target. Balai pengembangan multimedia dan dinas pendidikan nasional di berbagai daerah saat ini saya lihat mulai marak menyelenggarakan berbagai event lomba di tingkat lokal.
• Teacher Innovation (Microsoft): Sekitar Mei
• Lomba Pembuatan Multimedia Pembelajaran (Dikmenum): Sekitar Oktober
• e-Learning Award (Pustekkom): Sekitar September
• Game Technology Competition (BPKLN): Setahun 3-4 kali di berbagai universitas
• dsb

7. INGAT TERUS TIGA RESEP DARI SUCCESS STORY
Dari pengalaman menjadi juri lomba di berbagai event, saya lihat kesuksesan bapak ibu guru dalam mengem
bangkan multimedia pembelajaran bukan dari kelengkapan infrastruktur atau berlimpahnya budget yang dimiliki, tapi justru dari ketiga hal ini:
1. Berani mencoba dan mencoba lagi
2. Belajar mandiri (otodidak) dari buku-buku yang ada (perlu investasi membeli buku)
3. Tekun dan tidak menyerah meskipun peralatan terbatas
Saya berikan conto
h bagaimana pak Joko Triyono, guru kesenian dari SMA prembun berdjoeang sampai akhirnya menikmati banyak penghargaan di berbagai event. Saya ingat benar karya pertama beliau tahun 2005 berformat HTML, masih polos sekali, bahkan beberapa halaman error karena salah link. Kemudian beliau belajar dari awal menggunakan software presentasi dan akhirnya tahun 2007 beliau berhasil menghasilkan produk yang sudah siap jual dalam tema Musik Gamelan. Beliau rekam satu persatu puluhan peralatan gamelan jawa, dan dimasukkan ke multimedia pembelajaran yang beliau buat. Dahsyatnya kita bisa nanggap wayang tanpa gamelan dan gending asli, cukup dengan software itu saja, asal dimainkan banyak orang dengan masing-masing memilih satu jenis gamelan.
Tentu tidak ada kata mudah dalam berdjoeang, paling tidak 7 hal diatas adalah langkah yang cukup mudah ditempuh dan pada kenyataannya banyak yang berhasil berkarya karena tekun dan pantang menyerah mengulang-ulang 7 hal itu.
Bagi bapak dan ibu guru, selamat berdjoeang!

Selengkapnya...

UU No. 9 tahun 2009 tentang BHP dan Swasta

Pasca pengesahan UU No 9 tahun 2009 tentang Badan Hukum Pendidikan, muncul kekhawatiran dari kalangan pengelola dan pelaksana satuan pendidikan swasta, terutama dari kalangan perguruan tinggi swasta, bahwa perguruan tinggi swasta akan semakin terpinggirkan. Dalam UU BHP secara eksplisit disebutkan komitmen pendanaan pemerintah untuk BHPP, tapi tidak tertulis komitmen pendanaan untuk BHPM. Pemerintah kembali set back, sementara dalam UU No 30 tentang Sistem Pendidikan Nasional sudah dimulai semangat tidak ada lagi diskriminasi swasta dan negeri.
Akan tetapi dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional dibuka ruang, bahwa masyarakat dapat berperan serta sebagai sumber, pelaksana, dan pengguna hasil pendidikan. Sebagai konsekwensinya, masyarakat harus menyediakan modal, investasi sendiri agar satuan pendidikan yang diolahnya berjalan sesuai dengan standar nasional. Mengingat peran swasta/masyarakat ini yang sangat besar dalam memajukan pendidikan nasional, maka dalam UU Sisdiknas itu juga disebutkan, lembaga pendidikan berbasis masyarakat itu dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain dari pemerintah.
Dalam UU BHP pasal 44 ayat (2), secara eksplisit disebutkan pemerintah dan/atau pemerintah daerah memberikan bantuan dana pendidikan pada BHPM dan BHP penyelenggara. Menurut Mendiknas, disini kata-katanya memberikan bantuan, artinya pemerintah wajib memberikan bantuan, lebih tegas lagi, bukan dapat memberikan bantuan, seperti bunyi ayat dalam UU Sisdiknas. Namanya bantuan tentu tidak total seperti negeri, kalau total lebih baik dinegerikan saja, kata bapak Menteri.

Dirjen Dikti juga menegaskan bahwa proses pembuatan Undang-Undang ini juga adalah gambaran dari kekhawatiran pihak swasta. Para anggota DPR yang terlibat dalam panja BHP dan menghasilkan UU BHP ini adalah sebagian besar adalah representasi swasta, ada yang mantan rektor PTS, pemilik-pemilik yayasan yang tentu sangat konsen dengan isu swasta ini. Rasanya tidak benar logika bahwa BHP adalah modus baru untuk membunuh swasta, karena sebagian besar penggagasnya adalah representasi swasta yang setiap kali sidang selalu membela swasta.
UU BHP hanya mewajibkan BHP pada tingkat penyelenggara bagi pihak swasta, bukan pada satuan pendidikannya dan diberikan waktu 6 tahun untuk masa transisi atau masa peralihan. Pada level penyelengara harus ada organ representasi pemangku kepentingan, organ representasi pendidik, organ audit bidang non-akademik dan organ pengelola pendidikan. Nama-nama organ tidak harus seragam seperti disebutkan, asal memiliki fungsi pokok yang sama seperti diminta UU BHP. Di tingkat penyelenggara inilah segala kebijakan satuan pendidikanya ditentukan. Interval waktu 6 tahun, masa peralihan, adalah masa yang cukup panjang untuk melakukan persiapan, melihat model-model, mempersiapkan naskah akademik dan sebagainya.
Dirjen Dikti memperlihatkan bahwa komitmen pemerintah membantu swasta tidak pernah berkurang. Dari 350 milyar dana BKM, hampir 60 persen diberikan kepada perguruan tinggi swasta. Sebagian besar beasiswa dikti yang berjumlah 170 ribu paket pada tahun 2008 ditambah 70 ribu pada tahun 2009, sebagian besar diberikan kepada mahasiswa perguruan tinggi swasta. Hibah-hibah yang dimiliki oleh Dikti, sebagian besar dimanfaatkan/direbut oleh perguruan tinggi swasta.

Selengkapnya...

PP 74/2008 Kesejukkan Baru Kaum Oemar Bakrie

Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 74 tentang Guru telah ditandatangani Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta pada 1 Desember 2008, membawa angin sejuk bagi para guru. Khususnya, mereka yang dalam jabatannya belum memenuhi kualifikasi akademik sarjana (S1) atau Diploma IV (DIV).

Dengan PP tersebut, mereka tetap bisa mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Hal yang membanggakan dalam PP itu di antaranya tersurat bahwa dalam jangka lima tahun sejak berlakunya PP itu, bagi guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi akademik S1 atau DIV dapat mengikuti uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik. Syaratnya, guru sudah berusia 50 tahun, pengalaman kerja 20 tahun dan golongan IVa atau yang angka kredit kumulatifnya setara golongan IVa (pasal 66). Pengawas satuan pendidikan, selain guru diangkat sebelum berlakunya peraturan pemerintah (PP) ini diberi kesempatan mengikuti uji kompetensi dalam waktu 5 tahun guna memperoleh sertifikat pendidik tersebut (pasal 67).

Diperbolehkannya guru dalam jabatan yang belum memenuhi kualifikasi S1 untuk mengikuti uji kompetensi, memang merupakan sisi yang menyenangkan. Namun, bukan tidak mungkin nanti ada yang protes tidak adil dari guru yang sudah sarjana... :)

Download versi lengkap :
PP 74 Tahun 2008 tentang Guru.Pdf

Selengkapnya...

Mobile Learning....mengapa tidak???

Perkembangan teknologi telah menciptakan pengembangan terobosan-terobosan dalam pembelajaran. Di tengah perkembangan ini learner (pembelajar) bersinggungan dengan perangkat-perangkat teknologi komunikasi bergerak dan teknologi internet telah menjadi gelombang kecenderungan baru yang memungkinkan pembelajaran secara mobile atau lebih dikenal sebagai mobile learning (m-learning) memanfaatkan divais bergerak, khususnya telepon genggam. Kombinasi teknologi telekomunikasi dan internet memungkinkan pengembangan sistem mobile learning atau m-learning yang pada sisi klien memanfaatkan divais begerak, berinteraksi dengan sisi server, yaitu web server.

Meskipun saat ini m-learning masih berada pada tahap awal pengembangan serta relatif belum begitu mapan, namun, m-learning diperkirakan akan menjadi cukup pesat dalam jangka waktu dekat. Hal ini didukung oleh beberapa faktor berikut.
•Sarana makin banyak, murah dan canggih.
•Perkembangan teknologi wireless/seluler (2G, 2.5G, 3G, 3.5G).
•Tuntutan kebutuhan.

Faktor yang menjadi keterbatasan pemanfaatan m-learning banyak terkait dengan keterbatasan pada divais. Saat ini kebanyakan divais bergerak memiliki keterbatasan layar tampilan, kapasitas penyimpan dan keterbatasan catu daya.
m-learning juga memiliki lingkungan pembelajaran yang agak berbeda dengan e-learning atau pembelajaran konvensional. Dalam m-learning pembelajar lebih banyak memanfaatkan m-learning pada waktu luang (spare time) atau waktu idle (idle time) sehingga waktu untuk mengakses belajar juga terbatas. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa pembelajar cukup nyaman menatap tampilan layar perangkat yang relatif kecil tersebut dalam waktu di bawah 5 menit.

Hal ini menyebabkan konten pembelajaran harus dirancang secara khusus dan tidak dapat dengan serta merta diadopsi dari modul pembelajaran e-learning atau pembelajaran tradisional.

Penelitian yang saat ini ada masih banyak meng-eksplorasi kepada aspek-aspek teknis pengembangan software dan belum mendalami aspek lain berkait masalah usabilitas maupun aspek pedagogis dan aspek-aspek lainnya, sehingga diperlukan adanya penelitian-penelitian lebih lanjut yang lebih spesifik. Penelitian ini menunjukkan bahwa teknologi Java dapat dimanfaatkan sebagai salah satu enabler dari pemanfaatan m-learning. Java juga termasuk kategori software yang independen terhadap platform dan perangkat sehingga lebih banyak divais yang dapat menjalankan aplikasi Java.

Beberapa lembaga yang telah mulai mengembangkan produk pembelajaran m-learning di Indonesia antara lain:
Telematika Edukasi Indonesia (http://mlearn.teleforedu.web.id),
PPPPTK Matematika (http://mml.p4tkmatematika.com)
InhandLearning (http://inhandlearning.com).
Menyusul berikutnya adalah Balai Pengembangan Multimedia
(doakan aja ya... :))

Potensi dan Tantangan
Mobile learning merupakan salah satu alternatif yang potensial untuk memperluas akses pendidikan. Namun, belum banyak informasi mengenai pemanfaatan divais bergerak, khususnya telepon seluler, sebagai media pembelajaran. Hal ini patut disayangkan mengingat tingkat kepemilikan dan tingkat pemakaian yang sudah cukup tinggi ini kurang dimanfaatkan untuk diarahkan bagi kepentingan pendidikan

Selain itu, saat ini masih sangat sedikit upaya pengembangan konten-konten pembelajaran berbasis divais bergerak yang dapat diakses secara luas. Kebanyakan konten yang beredar di pasaran masih didominasi konten hiburan yang memiliki aspek pendidikan yang kurang serta kebanyakan adalah hasil produksi dari luar negeri yang memiliki latar budaya yang berbeda dengan negera kita. Kenyataan ini memunculkan kebutuhan akan adanya pengembangan-pengembangan konten/aplikasi berbasis divais bergerak yang lebih banyak, beragam, murah dan mudah diakses.

Selengkapnya...

Inteligensi Ganda (Multiple Intelligence)

Teori inteligensi ganda ditemukan dan dikembangkan oleh Howard Gardner, seorang psikolog perkembangan dan professor pendidikan dari Graduate School of Education, Harvard University Amerika Serikat. Gardner mendefinisikan inteligensi sebagai kemampuan untuk memecahkan persoalan dan menghasilkan produk dalam suatu setting yang bermacam-macam dan dalam situasi yang nyata. Inteligensi bukanlah kemampuan seseorang untuk menjawab soal-soal tes IQ dalam ruang tertutup yang terlepas dari lingkungannya. Akan tetapi, inteligensi memuat kemampuan seseorang untuk memecahkan persoalan yang nyata dan dalam situasi yang bermacam-macam. Seseorang memiliki inteligensi yang tinggi apabila ia dapat menyelesaikan persoalan hidup yang nyata, bukan hanya dalam teori. Semakin seseorang terampil dan mampu menyelesaikan persoalan kehidupan yang situasinya bermacam-macam dan kompleks, semakin tinggi inteligensinya. Gardner membagi kecerdasan manusia dalam 9 kategori (Suparno, 2004), yaitu:

1. Inteligensi Linguistik (linguistic intelligence)

Inteligensi linguistik merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan kata-kata, baik secara lisan maupun tulisan, untuk mengekspresikan ide-ide atau gagasan-gagasan yang dimilikinya. Orang yang mempunyai kecerdasan linguistik tinggi akan berbahasa lancar, baik dan lengkap. Ia mudah untuk mengetahui dan mengembangkan bahasa dan mudah mempelajari berbagai bahasa.

2. Inteligensi Matematis-Logis (logic-mathematical intelligence)

Inteligensi matematis-logis merupakan kecerdasan yang berkaitan dengan kemampuan penggunaan bilangan dan logika secara efektif. Termasuk dalam kecerdasan ini adalah kepekaan pada pola logika, abstraksi, kategorisasi dan perhitungan.

3. Inteligensi Ruang (spatial intelligence)

Inteligensi ruang atau inteligensi ruang visual adalah kemampuan seseorang dalam menangkap dunia ruang visual secara tepat, seperti yang dimiliki oleh seorang dekorator dan arsitek. Yang termasuk dalam kecerdasan ini adalah kemampuan untuk mengenal bentuk dan benda secara tepat, melakukan perubahan bentuk benda dalam pikiran dan mengenali perubahan tersebut, menggambarkan suatu hal/benda dalam pikiran dan mengubahnya dalam bentuk nyata serta mengungkapkan data dalam suatu grafik.

4. Inteligensi Kinestetik-Badani (bodily-kinesthetic intelligence)

Inteligensi kinestetik-badani merupakan kemampuan seseorang untuk secara aktif menggunakan bagian-bagian atau seluruh tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan masalah. Orang yang mempunyai kecerdasan ini dengan mudah dapat mengungkapkan diri dengan gerak tubuh mereka. Apa yang mereka pikirkan dan rasakan dengan mudah dapat diekspresikan dengan gerak tubuh.

5. Inteligensi Musikal (musical intelligence)

Inteligensi musikal merupakan kemampuan untuk mengembangkan dan mengekspresikan, menikmati bentuk-bentuk musik dan suara, peka terhadap ritme, melodi dan intonasi serta kemampuan memainkan alat musik, menyanyi, menciptakan lagu dan menikmati lagu.

6. Inteligensi Interpersonal (interpersonal intelligence)

Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti dan menjadi peka terhadap perasaan, motivasi, watak, temperamen, ekspresi wajah, suara dan isyarat dari orang lain. Secara umum, inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk menjalin relasi dan komunikasi dengan orang lain.

7. Inteligensi Intrapersonal (intrapersonal intelligence)

Inteligensi interpersonal merupakan kemampuan seseorang untuk mengerti tentang diri sendiri dan mampu bertindak secara adaptif berdasar pengenalan diri. Termasuk dalam inteligensi interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk berefleksi dan menyeimbangkan diri, mempunyai kesadaran tinggi akan gagasan-gagasan, mempunyai kemampuan mengambil keputusan pribadi, sadar akan tujuan hidup dapat mengendalikan emosi sehingga kelihatan sangat tenang. Orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal akan dapat berkonsentrasi dengan baik.

8. Inteligensi Lingkungan/Natural (natural intelligence)

Inteligensi lingkungan atau natural memiliki kemampuan mengerti flora dan fauna dengan baik, dapat memahami dan menikmati alam dan menggunakannya secara produktif dalam bertani, berburu dan mengembangkan pengetahuan akan alam. Orang yang mempunyai kecerdasan lingkungan/natural memiliki kemampuan untuk tinggal di luar rumah, dapat berhubungan dan berkawan dengan baik.

9. Inteligensi Eksistensial (existential intelligence)

Inteligensi eksistensial lebih menyangkut pada kepekaan dan kemampuan seseorang dalam menjawab persoalan-persoalan terdalam mengenai eksistensi manusia. Orang yang mempunyai kecerdasan eksistensi mencoba menyadari dan mencari jawaban yang terdalam. Pertanyaan yang muncul adalah mengapa aku ada? Mengapa aku mati? Apa makna hidup ini? Bagaimana manusia sampai ke tujuan hidup?

Menurut Gardner, dalam diri seseorang terdapat kesembilan kecerdasan tersebut, namun untuk orang-orang tertentu kadang suatu inteligensi lebih menonjol daripada yang lainnya. Inteligensi merupakan representasi mental, bukan karakteristik yang baik untuk menentukan orang macam apa mereka.

Selengkapnya...

Selamat (di) Tahun Baru

Selamat Tahun Baru!
Sugeng Warsa Enggal!
Happy New Year!

Selamat datang tahun 2009 yang sering dikaitkan dengan tahun ‘Kerbau’ (berarti pertanian maju nih..he..he..). Pada saat pergantian tahun 2008 ke tahun 2009, saya memiliki kesempatan untuk merenung. Apa yang saya renungkan? Saya tidak membatasi hanya dari sisi kehidupan saya saja, tetapi mencoba secara bebas untuk melihat apa saja yang telah terjadi di tahun 2008. Kesimpulannya tentu macam-macam karena saking banyaknya yang direnungkan...(he...he..). Tetapi jujur saja, ada satu hal yang menarik perhatian saya ketika waktu menunjukkan tepat pukul 00.00 wib, sampai-sampai perenungan yang saya lakukan terhenti. Terdengar suara petasan dan kembang api yang begitu keras dan berulang-ulang disertai bunyi terompet yang memekakkan telinga (maklum, merenung koq ya dipinggir jalan!). Satu saja pertanyaan yang melintas di benak saya, mengapa banyak orang harus ‘berpesta’ di waktu malam pergantian tahun? Bahkan mereka kelihatan sangat bersuka ria dengan petasan dan kembang api serta membunyikan terompet. Maka, seketika itu pula saya kembali merenung...(kalo yang ini serius...). Satu hal yang saya tanyakan kepada diri saya sendiri adalah, ”Bukankah esok pagi matahari juga tetap terbit dari timur? Dan hari baru yang disambut juga seperti hari-hari biasanya? Bukankah tidak ada yang spesial (sebenarnya lho), kita tetap harus menjalani kehidupan dan tetap berjuang, berkarya, dst. Maka, dengan cepat diri saya bergumam dalam hati,...ya! Bukankah orang-orang telah melakukan sebuah ‘ritual’ atau pesta secara ‘imajiner’??? Mereka mempunyai imajinasi bahwa pergantian tahun identik dengan ‘pisah-sambut’ (ato kalo di café sering diadakan acara ‘old and new’) yang tentunya sering dibumbui dengan pesta! Sebuah imajinasi yang sangat luar biasa bahkan kesannya terlalu berlebihan (kalo inget bahwa saat ini kita masih dalam masa krisis multi-dimensi). Seketika itu saya kembali sadar dan meninggalkan perenungan saya, sambil sesekali larut dalam suasana pergantian tahun yang hingar bingar...

Meninggalkan tahun 2008 tentunya harus disambut dengan penuh ucapan syukur atas penyertaan-Nya yang begitu ‘luar biasa’ telah memberikan berbagai warna dalam kehidupan kita. Bahkan, sampai dengan saat ini kita masih diberikan ‘selamat’ (meliputi kebahagiaan, kedamaian, kesehatan, rejeki, dll) di tengah badai krisis yang melanda dunia ini. Itulah yang sebenarnya bisa kita jadikan alasan mengapa kita harus ber-’pesta’. Pada saat kita bersyukur, tentunya kita juga tetap berharap agar ‘selamat’ dari pada-Nya tetap menaungi dan melingkupi diri kita dalam mengarungi tahun 2009 nanti. Ketika kita yakin bahwa ‘selamat’ dari-Nya ada dalam diri kita, maka rasa optimis menjadi modal berharga dalam menghadapi badai krisis multi-dimensi yang tengah melanda dunia. Semoga kita tetap ‘selamat’ pada saat krisis moral, ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, dll (kayak di P4 ya...) melanda ditengah-tengah kehidupan ini. Tidak lupa, saya juga menyampaikan wejangan dari Eyang Slamet...”jadilah terang bukan di tempat yang terang...jadilah harapan bagi sesama, bukan hanya selalu berharap!” Intinya, meski kita berada di alam krisis seperti saat ini, tetaplah berkarya bagi kebaikan umat-Nya...(gitu sih yang saya tangkep).
Akhirnya, sekali lagi..., Selamat Tahun Baru! dan Selamat di Tahun Baru!!!
GBU.

Selengkapnya...

blogger templates | Make Money Online